(Ket:* Jika load game room di atas error, klik "try again")
Fokus: Film Indonesia Makin Memprihatinkan
Posted in |
at
5:17:00 AM
Kualitas film Indonesia dewasa ini makin memprihatinkan. Buktinya, dari 80 sampai 85 judul film yang telah beredar pada tahun 2009 lalu, separuhnya tidak laku di pasar. Hal itu terjadi karena, penonton film Indonesia lelah, dan bosan dengan tema film Indonesia, yang nyaris seragam. ''Yaitu seputar dunia hantu, dengan bumbu seks,'' ujar Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Dr. Muchlis Paeni dalam diskusi bertema Merajut kebersamaan, Dengan Menegakkan Peraturan Perundang-Udangan Di Bidang Perfilman, di Gedung Film Jakarta Selain itu, imbuh dia, ada kecenderungan para sineas, teristimewa produser film hanya ingin membuat film, yang mempunyai resiko pasar sangat kecil....(selanjutnya klik read more di bawah)....
Dalam artian, daripada membuat film idealis, dengan pesan moral tertentu, yang belum tentu laku, lebih baik membuat film apa adanya, tapi ditonton publik. ''Atas alasan itulah, mereka lebih suka membuat film hantu dengan bumbu seks''.
Hal itu diamaini Chand Parwes Servia. Ketua Persatuan Produser Film Indonesia (PPFI) yang membedakan tiga niat utama seorang produser dalam membuat sebuah film. Pertama lebih mengutamakan premis, kedua substansi, dan ketiga lebih mengutamakan pasar. Diantara tiga kriteria itu, yang paling mudah prosesnya adalah, mengutamakan pasar. ''Dan payahnya pasar cenderung mudah ditembus dengan film-film horor dengan bumbu seks, semacam itu, '' kata Chand.
Dia menambahkan, saat ini, hampir semua orang bisa membuat film. Selama seseorang mempunyai rupiah, atau dollar, maka selesailah masalah pendanaan. Tapi masalahnya, ''Tidak semua produser mampu mengembalikan uang yang telah dikeluarkannya''. Atas alasan itulah, sangat bisa dimengerti jika banyak produser film yang berlomba-lomba membuat film murahan bertema hantu dengan bumbu seks.
Menyikapi hal itu, Direktorat Film Kemenbudpar Ukus Koeswara berharap para pemangku kepentingan perfilman Indonesia, termasuk di dalamnya pemerintah, untuk segera merevisi ulang kepentingan masing-masing. ''Dengan harapan, dapat menjaga rel film Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai tontonan, tapi juga tuntunan,'' katanya.
Karena dengan merevisi, dan mereposisi kepentingan masing-masing, termasuk di dalamnya kepentingan produser film, kebangkrutan film Indonesia, sebagaimana terjadi pada tahun 80-an, tidak terjadi lagi. ''Apalagi sekarang, penonton film Indonesia adalah cerdas-cerdas,'' imbuh Ukus.(SM)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)















0 Response to "Fokus: Film Indonesia Makin Memprihatinkan"
Post a Comment