(Ket:* Jika load game room di atas error, klik "try again")
Olahraga: 2026, Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia
Posted in |
at
6:32:00 PM
Print halaman ini
Mungkinkah Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia (PD) di masa mendatang? Mungkin, semuanya masih dapat terwujud. Pada Rabu (14/7), Malaysia meminta Indonesia agar mau menjadi tuan rumah bersama PD 2026. Beberapa waktu lalu, Indonesia, melalui PSSI, mengajukan diri menjadi tuan rumah PD 2022. PSSI bahkan mengutus empat pengurus mengikuti workshop bidding di markas FIFA di Zurich, Swiss. Sayang, FIFA mencoret Indonesia sebagai peserta bidding PD 2022 karena tak memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan....(selanjutnya klik read more di bawah)....
Menurut Sekjen PSSI Nugraha Besoes, PSSI sebagai otoritas tertinggi sepakbola Indonesia sudah berusaha agar bisa lolos bidding. Indonesia dicoret karena tak ada dukungan dan jaminan dari pemerintah. Padahal, dua hal itu merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi. Ada delapan instansi terkait yang harus mendukung, yakni Imigrasi, Perhubungan, Keuangan, Luar Negeri, Hukum dan HAM, Kebudayaan dan Pariwisata, Komunikasi dan Informatika, serta Pertahanan.
Menpora Andi Mallarangeng tidak memberi jawaban konkret tentang mengapa pemerintah tidak memberi dukungan. Saat itu, ia hanya menyatakan pemerintah lebih memprioritaskan peningkatan prestasi sepakbola nasional. Jika prestasi sepakbola Indonesia masih seperti saat ini, sangat berat Indonesia bisa terpilih menjadi tuan rumah.
Kini, Malaysia yang juga ingin menjadi tuan rumah mengajak Indonesia menjadi tuan rumah bersama PD 2026. ”Kami menyambut baik tawaran Malaysia, namun peluang menjadi tuan rumah Piala Dunia itu baru bisa diajukan untuk 2026. Dan kemampuan sepakbola juga harus memenuhi level yang diminta FIFA,” kata Andi saat berkunjung ke Kementerian Pemuda dan Olahraga Malaysia, seperti dikutip Antara.
Menurut Menpora Malaysia, Ahmad Shabery Cheek, jika kedua negara telah ditetapkan sebagai tuan rumah PD, otomatis anggaran pembinaan dan sarana sepakbola akan ditingkatkan. ”Seperti Jepang dan Korea Selatan (2002) dan Afrika Selatan (2010), begitu ditetapkan sebagai tuan rumah, mereka menambah anggaran belanja untuk sepakbola mulai dari pembinaan pemain serta penyediaan sarana dan prasarana sepakbola,” katanya.
Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga pecinta sepakbola, Azyumardi Azra, mendukung Indonesia berjuang untuk menjadi tuan rumah PD. Apabila terpilih, para pemangku kepentingan bisa ”dipaksa” mempercepat kemajuan sepakbola. Selain itu, dapat mempercepat pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, konsolidasi hankamnas, serta memperkuat nasionalisme dan integrasi bangsa. ”Kalau Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia, posisi kita dalam percaturan internasional semakin kuat,” katanya.
Sedangkan, pengamat sepakbola Danurwindo mengatakan Indonesia harus meningkatkan kualitas sepakbola terlebih dahulu, jika mau menjadi tuan rumah Piala Dunia. “Hingga saat ini, di Asia Tenggara saja kita tidak bisa bicara, apalagi di Asia, dan juga dunia. Lihat saja Afrika Selatan. Banyak pemainnya yang bermain di Eropa, tetapi masih saja gagal ke babak berikutnya,” katanya.
Untuk membangun sepakbola dibutuhkan kerja sama semua pihak. “Mari duduk bersama memajukan prestasi terlebih dahulu, baru bicara tuan rumah,” katanya.
Tuan rumah PD pasti mendapat banyak keuntungan. Dari sisi ekonomi, tidak ada tuan rumah yang merugi. Jerman, tuan rumah PD 2006, meraup keuntungan 140 juta euro (Rp 1,63 triliun dengan kurs Rp 11.650), sedangkan Afsel yang baru saja sukses menjadi tuan rumah, seperti dikatakan ketua pelaksana penyelenggara Piala Dunia 2010, Dany Jordaan, modal penyelenggaraan telah tertutupi karena Afsel mendapatkan keuntungan Rp 950 miliar hanya dari tiket masuk. Nilai ini belum termasuk uang yang masuk dari sektor pariwisata, transportasi, akomodasi selama Piala Dunia.
Apalagi, total jumlah penonton mencapai 3,18 juta orang atau rata-rata 49.670 penonton dalam 64 laga yang digelar. Angka itu hanya kalah ketika AS menggelar Piala Dunia 1994 lalu dan Jerman 2006. Saat itu, di AS, total penonton berjumlah 3,59 juta, sedangkan di Jerman ada 3,36 juta yang hadir. Luar biasa!
Persaingan menjadi tuan rumah 2026 tentu sangat berat, karena banyak negara mengincarnya. Negara-negara yang melakukan bidding tuan rumah 2018 dan 2022 adalah Australia, Inggris, Belgia, Belanda, Korea, Jepang, Amerika Serikat, Rusia, Spanyol, dan Portugal serta Qatar. Negara-negara perwakilan Asia, yaitu Australia, Jepang, Korea, dan Qatar hanya bidding untuk PD 2022. Bila gagal, pasti mereka beradu menjadi tuan rumah pada 2026.
Namun, seperti dikatakan Komite Eksekutif PSSI Subardi, Indonesia harus menunggu paling tidak hingga 2042 untuk menjadi tuan rumah karena gagal menjadi tuan rumah PD 2022. “Momen yang tepat 2022, tetapi sudah tidak bisa lagi. Sebenarnya banyak hal yang bisa didapat jika menjadi tuan rumah,” katanya.
Menurutnya, setelah 2022, giliran benua Amerika Latin, kemudian Afrika, Eropa, dan Amerika Serikat yang akan menjadi tuan rumah. “Baru setelah itu Asia mendapat giliran lagi,” katanya.
Setelah Asia terpilih sebagai tuan rumah pertama kalinya, yaitu Jepang dan Korea Selatan (2002), Piala Dunia bergeser ke Eropa (Jerman), dan tahun ini di benua Afrika (Afsel). Pada 2014, Brasil yang mewakili Amerika Latin menjadi tuan rumah. Eropa kemungkinan besar akan menjadi tuan rumah 2018. Dan 2022, menjadi jatah Asia atau Amerika Tengah, Utara, dan Karibia.
Hanya saja, FIFA tidak mau melakukan rotasi Piala Dunia lagi. Meski menghilangkan sistem rotasi, FIFA tetap berusaha melakukan ”pemerataan” terhadap enam konfederasi yang ada, yakni Eropa (UEFA), Afrika (CAF), Asia (AFC), Amerika Latin (Conmebol), Oseania (OFC), serta Amerika Tengah, Utara, dan Karibia (Concacaf).
Oleh karena itu, negara yang berada dalam sebuah konfederasi yang sudah menjadi tuan rumah setidaknya di dua edisi sebelumnya tidak bisa mengajukan diri, seperti setelah Jerman 2006, maka negara-negara UEFA baru bisa kembali menggelar Piala Dunia paling tidak pada 2018. Meski demikian, peluang Indonesia menjadi tuan rumah PD 2026 tetap terbuka, apabila PD 2022 digelar anggota konfederasi Concacaf.
Untuk menjadi tuan rumah, sedikitnya harus tersedia delapan stadion bertaraf FIFA. Jika berduet dengan Malaysia, Indonesia cukup menyiapkan empat stadion. Dalam hitungan PSSI, anggaran membangun delapan stadion baru hanya dibutuhkan Rp 8 triliun. Dipastikan proyek ini akan menyerap jutaan tenaga kerja baru, sehingga tingkat pengangguran juga akan berkurang. Selain itu, bandara, hotel, restoran, tempat hiburan, jalan raya, dan jalan tol, juga harus dibangun sesuai standar internasional.
Selain pembangunan fisik, tentu saja Indonesia harus menyiapkan tim nasional yang membanggakan karena tim tuan rumah tidak perlu mengikuti babak kualifikasi, tetapi langsung lolos ke babak 32 besar dunia.
Terkait hal itu, mulai saat ini harus dilakukan perekrutan calon pemain masa depan, khususnya yang berusia 5-10 tahun. Kemudian, PSSI yang didukung pemerintah, membangun sekolah sepakbola di semua provinsi dan menyediakan asrama bagi calon pemain masa depan. Sejalan dengan itu, kompetisi sepakbola, khususnya untuk usia muda, juga digalakkan untuk menjaring calon pemain.
Apabila calon pemain telah terpilih, Indonesia tak perlu ragu mendatangkan pelatih berkaliber internasional. Saat ini, PSSI tengah melakukan pendekatan dengan pelatih asal Turki, Fatih Terim. Mantan pelatih Galatasaray (Turki), serta Fiorentina dan AC Milan (Italia) ini, pernah membawa Turki hingga ke semifinal Piala Eropa 2008.
Selain Terim, pelatih lain yang bisa didatangkan, antara lain Guus Hiddink dan Louis van Gaal (Belanda), Luiz Felipe Scolari (Brasil), dan Pep Guardiola (Spanyol). Tim nasional yang dibimbing pelatih kelas dunia tentu akan banyak mendapat kesempatan melakukan latih tanding dengan klub-klub besar Eropa dan juga negara-negara ”langganan” Piala Dunia di Eropa dan Amerika Latin.
Kalau semua rencana itu mulai dilaksanakan paling lambat awal 2011, tak mustahil Indonesia terpilih menjadi tuan rumah, sekaligus memiliki tim kebanggaan yang berlaga di Piala Dunia.
(SP)
Mungkinkah Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia (PD) di masa mendatang? Mungkin, semuanya masih dapat terwujud. Pada Rabu (14/7), Malaysia meminta Indonesia agar mau menjadi tuan rumah bersama PD 2026. Beberapa waktu lalu, Indonesia, melalui PSSI, mengajukan diri menjadi tuan rumah PD 2022. PSSI bahkan mengutus empat pengurus mengikuti workshop bidding di markas FIFA di Zurich, Swiss. Sayang, FIFA mencoret Indonesia sebagai peserta bidding PD 2022 karena tak memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan....(selanjutnya klik read more di bawah)....
Menurut Sekjen PSSI Nugraha Besoes, PSSI sebagai otoritas tertinggi sepakbola Indonesia sudah berusaha agar bisa lolos bidding. Indonesia dicoret karena tak ada dukungan dan jaminan dari pemerintah. Padahal, dua hal itu merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi. Ada delapan instansi terkait yang harus mendukung, yakni Imigrasi, Perhubungan, Keuangan, Luar Negeri, Hukum dan HAM, Kebudayaan dan Pariwisata, Komunikasi dan Informatika, serta Pertahanan.
Menpora Andi Mallarangeng tidak memberi jawaban konkret tentang mengapa pemerintah tidak memberi dukungan. Saat itu, ia hanya menyatakan pemerintah lebih memprioritaskan peningkatan prestasi sepakbola nasional. Jika prestasi sepakbola Indonesia masih seperti saat ini, sangat berat Indonesia bisa terpilih menjadi tuan rumah.
Kini, Malaysia yang juga ingin menjadi tuan rumah mengajak Indonesia menjadi tuan rumah bersama PD 2026. ”Kami menyambut baik tawaran Malaysia, namun peluang menjadi tuan rumah Piala Dunia itu baru bisa diajukan untuk 2026. Dan kemampuan sepakbola juga harus memenuhi level yang diminta FIFA,” kata Andi saat berkunjung ke Kementerian Pemuda dan Olahraga Malaysia, seperti dikutip Antara.
Menurut Menpora Malaysia, Ahmad Shabery Cheek, jika kedua negara telah ditetapkan sebagai tuan rumah PD, otomatis anggaran pembinaan dan sarana sepakbola akan ditingkatkan. ”Seperti Jepang dan Korea Selatan (2002) dan Afrika Selatan (2010), begitu ditetapkan sebagai tuan rumah, mereka menambah anggaran belanja untuk sepakbola mulai dari pembinaan pemain serta penyediaan sarana dan prasarana sepakbola,” katanya.
Mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang juga pecinta sepakbola, Azyumardi Azra, mendukung Indonesia berjuang untuk menjadi tuan rumah PD. Apabila terpilih, para pemangku kepentingan bisa ”dipaksa” mempercepat kemajuan sepakbola. Selain itu, dapat mempercepat pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, konsolidasi hankamnas, serta memperkuat nasionalisme dan integrasi bangsa. ”Kalau Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia, posisi kita dalam percaturan internasional semakin kuat,” katanya.
Sedangkan, pengamat sepakbola Danurwindo mengatakan Indonesia harus meningkatkan kualitas sepakbola terlebih dahulu, jika mau menjadi tuan rumah Piala Dunia. “Hingga saat ini, di Asia Tenggara saja kita tidak bisa bicara, apalagi di Asia, dan juga dunia. Lihat saja Afrika Selatan. Banyak pemainnya yang bermain di Eropa, tetapi masih saja gagal ke babak berikutnya,” katanya.
Untuk membangun sepakbola dibutuhkan kerja sama semua pihak. “Mari duduk bersama memajukan prestasi terlebih dahulu, baru bicara tuan rumah,” katanya.
Tuan rumah PD pasti mendapat banyak keuntungan. Dari sisi ekonomi, tidak ada tuan rumah yang merugi. Jerman, tuan rumah PD 2006, meraup keuntungan 140 juta euro (Rp 1,63 triliun dengan kurs Rp 11.650), sedangkan Afsel yang baru saja sukses menjadi tuan rumah, seperti dikatakan ketua pelaksana penyelenggara Piala Dunia 2010, Dany Jordaan, modal penyelenggaraan telah tertutupi karena Afsel mendapatkan keuntungan Rp 950 miliar hanya dari tiket masuk. Nilai ini belum termasuk uang yang masuk dari sektor pariwisata, transportasi, akomodasi selama Piala Dunia.
Apalagi, total jumlah penonton mencapai 3,18 juta orang atau rata-rata 49.670 penonton dalam 64 laga yang digelar. Angka itu hanya kalah ketika AS menggelar Piala Dunia 1994 lalu dan Jerman 2006. Saat itu, di AS, total penonton berjumlah 3,59 juta, sedangkan di Jerman ada 3,36 juta yang hadir. Luar biasa!
Persaingan menjadi tuan rumah 2026 tentu sangat berat, karena banyak negara mengincarnya. Negara-negara yang melakukan bidding tuan rumah 2018 dan 2022 adalah Australia, Inggris, Belgia, Belanda, Korea, Jepang, Amerika Serikat, Rusia, Spanyol, dan Portugal serta Qatar. Negara-negara perwakilan Asia, yaitu Australia, Jepang, Korea, dan Qatar hanya bidding untuk PD 2022. Bila gagal, pasti mereka beradu menjadi tuan rumah pada 2026.
Namun, seperti dikatakan Komite Eksekutif PSSI Subardi, Indonesia harus menunggu paling tidak hingga 2042 untuk menjadi tuan rumah karena gagal menjadi tuan rumah PD 2022. “Momen yang tepat 2022, tetapi sudah tidak bisa lagi. Sebenarnya banyak hal yang bisa didapat jika menjadi tuan rumah,” katanya.
Menurutnya, setelah 2022, giliran benua Amerika Latin, kemudian Afrika, Eropa, dan Amerika Serikat yang akan menjadi tuan rumah. “Baru setelah itu Asia mendapat giliran lagi,” katanya.
Setelah Asia terpilih sebagai tuan rumah pertama kalinya, yaitu Jepang dan Korea Selatan (2002), Piala Dunia bergeser ke Eropa (Jerman), dan tahun ini di benua Afrika (Afsel). Pada 2014, Brasil yang mewakili Amerika Latin menjadi tuan rumah. Eropa kemungkinan besar akan menjadi tuan rumah 2018. Dan 2022, menjadi jatah Asia atau Amerika Tengah, Utara, dan Karibia.
Hanya saja, FIFA tidak mau melakukan rotasi Piala Dunia lagi. Meski menghilangkan sistem rotasi, FIFA tetap berusaha melakukan ”pemerataan” terhadap enam konfederasi yang ada, yakni Eropa (UEFA), Afrika (CAF), Asia (AFC), Amerika Latin (Conmebol), Oseania (OFC), serta Amerika Tengah, Utara, dan Karibia (Concacaf).
Oleh karena itu, negara yang berada dalam sebuah konfederasi yang sudah menjadi tuan rumah setidaknya di dua edisi sebelumnya tidak bisa mengajukan diri, seperti setelah Jerman 2006, maka negara-negara UEFA baru bisa kembali menggelar Piala Dunia paling tidak pada 2018. Meski demikian, peluang Indonesia menjadi tuan rumah PD 2026 tetap terbuka, apabila PD 2022 digelar anggota konfederasi Concacaf.
Untuk menjadi tuan rumah, sedikitnya harus tersedia delapan stadion bertaraf FIFA. Jika berduet dengan Malaysia, Indonesia cukup menyiapkan empat stadion. Dalam hitungan PSSI, anggaran membangun delapan stadion baru hanya dibutuhkan Rp 8 triliun. Dipastikan proyek ini akan menyerap jutaan tenaga kerja baru, sehingga tingkat pengangguran juga akan berkurang. Selain itu, bandara, hotel, restoran, tempat hiburan, jalan raya, dan jalan tol, juga harus dibangun sesuai standar internasional.
Selain pembangunan fisik, tentu saja Indonesia harus menyiapkan tim nasional yang membanggakan karena tim tuan rumah tidak perlu mengikuti babak kualifikasi, tetapi langsung lolos ke babak 32 besar dunia.
Terkait hal itu, mulai saat ini harus dilakukan perekrutan calon pemain masa depan, khususnya yang berusia 5-10 tahun. Kemudian, PSSI yang didukung pemerintah, membangun sekolah sepakbola di semua provinsi dan menyediakan asrama bagi calon pemain masa depan. Sejalan dengan itu, kompetisi sepakbola, khususnya untuk usia muda, juga digalakkan untuk menjaring calon pemain.
Apabila calon pemain telah terpilih, Indonesia tak perlu ragu mendatangkan pelatih berkaliber internasional. Saat ini, PSSI tengah melakukan pendekatan dengan pelatih asal Turki, Fatih Terim. Mantan pelatih Galatasaray (Turki), serta Fiorentina dan AC Milan (Italia) ini, pernah membawa Turki hingga ke semifinal Piala Eropa 2008.
Selain Terim, pelatih lain yang bisa didatangkan, antara lain Guus Hiddink dan Louis van Gaal (Belanda), Luiz Felipe Scolari (Brasil), dan Pep Guardiola (Spanyol). Tim nasional yang dibimbing pelatih kelas dunia tentu akan banyak mendapat kesempatan melakukan latih tanding dengan klub-klub besar Eropa dan juga negara-negara ”langganan” Piala Dunia di Eropa dan Amerika Latin.
Kalau semua rencana itu mulai dilaksanakan paling lambat awal 2011, tak mustahil Indonesia terpilih menjadi tuan rumah, sekaligus memiliki tim kebanggaan yang berlaga di Piala Dunia.
(SP)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Olahraga: 2026, Indonesia Tuan Rumah Piala Dunia"
Post a Comment